Kesalahan Mendidik Anak (Chapt 1)


Dalam postingan kali ini, saya akan mencoba me-repost beberapa pendapat mengenai bagaimana kesalah-kesalahan orang bau tanah dalam mendidik anak. Yang ditulis ke dalam beberapa posting, dimana pendapat satu sama lain adanya kemiripan dan perbedaan. Saya persilahkan anda untuk menyikapinya


Meskipun banyak orang bau tanah yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang bau tanah yang lalai dan menganggap remeh duduk masalah ini. Sehingga mengabaikan duduk masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya. 

Baru kemudian, dikala belum dewasa berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari hukum agama dan tatanan sosial, banyak orang bau tanah mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa bahu-membahu orang tuanya lah yang menjadi penyebab utama munculnya perilaku durhaka itu. Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya perilaku durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja. Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang bau tanah dalam mendidik anak-anaknya.
  • Menumbuhkan Rasa Takut dan Minder Pada Anak
Kadang, dikala anak menangis, kita menakut-nakuti mereka supaya berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan citra hantu, jin, bunyi angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang bahu-membahu tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri alasannya ialah seringnya mendengar cerita-cerita wacana hantu, jin dan lain-lain. Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir dikala mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap hening dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, belum dewasa semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.
  • Mendidik Anak Menjadi Sombong dan Congkak Terhadap Orang Lain, Itu Dianggap sebagai Sikap Pemberani
Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, perilaku berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, alasannya ialah ia tahu, jikalau Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada hewan buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.
  • Membiasaan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah dan Sombong.
Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak menyerupai ini sanggup merusak fitrah, membunuh perilaku istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran.

  • Selalu Memenuhi Permintaan Anak
Sebagian orang bau tanah ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas gres yang sedang trend, padahal gres sebulan yang kemudian orang bau tanah membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.
  • Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.
Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya alasannya ialah suatu alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang bau tanah akan segera memenuhi permintaannya alasannya ialah kasihan atau supaya anak segera berhenti menangis. Hal ini sanggup menjadikan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati diri.
  • Terlalu Keras dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran
Misalnya dengan memukul mereka sampai memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Ini kadang terjadi dikala sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) gres sekali melakukannya.
  • Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ada juga orang bau tanah yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, sampai anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya mendorong belum dewasa itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara. Misalnya : dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang bau tanah yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, alasannya ialah merasa tidak bisa membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik.
  • Tidak Mengasihi Mereka, Sehingga Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar rumah
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menjadikan belum dewasa terjerumus ke dalam pergaulan bebas –waiyadzubillah-. Seorang anak wanita misalnya, alasannya ialah tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari perhatian dari pria di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa bahagia mendapat perhatian dari pria itu, alasannya ialah sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.
  • Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
Banyak orang bau tanah yang mengira, bahwa mereka telah memperlihatkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang bau tanah merasa telah memperlihatkan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang manis dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya supaya beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang bau tanah lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi bahan saja. Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.
  • Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya
Ada sebagian orang bau tanah yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak mengenal teman erat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena tragedi alam atau tanda-tanda menyimpang, contohnya terkena narkoba, barulah orang bau tanah tersentak kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya.

Akhirnya yang tersisa hanyalan penyesalan tak berguna.

Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin kita juga tidak menyadari bila telah melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus menerus mencari ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan anak, supaya kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akhirnya bagi masa depan mereka. Kita selalu berdo’a, semoga belum dewasa kita tumbuh menjadi generasi shalih dan shalihah serta berakhlak mulia. Wallahu a’lam bishshawab.

sumber: achmadarifin


Berbagai Sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel