Rahasia Orangtua Jepang Membuat Anaknya Patuh dan Disiplin - foldersoal.com
Kamis, 26 Maret 2015
Edit
Orangtua di Jepang melakukan apa pun untuk membuat anak-anak mereka merasa dicintai, dihargai, serta dihormati. |
Kemajuan teknologi, tidak membuat perilaku penduduk Jepang tidak banyak berubah, bahkan dinilai sangat baik. Anak-anak Jepang dikenal patuh, berperilaku baik, sopan, juga penuh perhatian.
Ternyata metode membesarkan anak-anak di Jepang sangat menakjubkan. Para orangtua yakin bahwa anak-anak mereka akan mempelajari perilaku yang sesuai dengan teladan yang mereka berikan.
Saat anak-anak Jepang di luar rumah, mereka taat dan belajar untuk berperilaku sosial sebagai orang dewasa. Namun saat di rumah, anak-anak sepenuhnya bergantung pada orangtua mereka (terutama pada ibu).
Penelitian tentang teknik membesarkan anak yang diterbitkan oleh Kansas Association for Infant Mental Health berjudul "Disiplin dalam Anak Usia Dini", keluarga Jepang menumbuhkan kelekatan, empati, dan harmoni.
Menurut studi, pola asuh yang diterapkan orangtua di Jepang dengan mengurangi kecenderungan individualis anak muda melalui kedekatan yang ekstrem. Setiap anak memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya.
Hal tersebut terlihat dari orangtua tidur bersama buah hatinya hingga usia 6 tahun. Selama tiga tahun pertama kehidupan seorang anak, ibu mereka membawa mereka ke mana saja bersamanya.
Seorang ibu benar-benar mencurahkan waktunya untuk anak. Tidak ada anak Jepang yang dititipkan ke tempat penitipan anak atau prasekolah sebelum usia tiga tahun.
Baca juga: Cara Sekolah Jepang Mendidik Anak Menjadi Mandiri
Orangtua percaya bahwa anak-anaknya berkelakuan baik karena mereka membesarkan anak berdasarkan filosofi Konfusianisme. Gaya pengasuhan ini berasal dari cita-cita Konfusius untuk mendidik anak-anak dengan kebaikan.
Berdasarkan prinsip ini, ada beberapa komponen pengasuhan anak Jepang yang mendasar, seperti yang lansir dari Intisari (17/02) yaitu:
Menggunakan ajakan, saran, dan sindiran halus
Para ibu di Jepang menggunakan ajakan, saran, serta ejekan atau sindiran halus untuk mendisiplinkan anak. Mereka menghindari konfrontasi langsung dengan anak. Hal ini meminimalkan sikap menantang atau agresif dari anak.
Orangtua menggunakan saran untuk memberi tahu anak-anak apa yang harus mereka lakukan. Alih-alih mengatakan "Ambil mainanmu!", mereka justru mengatakan "Apa yang harus kamu lakukan dengan mainanmu sekarang?"
Anak harus memberikan jawaban yang benar dan mematuhinya. Jika anak tersebut tidak mau melakukannya bahkan berpura-pura tidak mendengar pertanyaan atau saran, sang ibu akan menggunakan ejekan yang halus.
Biasanya, anak lebih memilih untuk patuh daripada merasa malu dengan sindiran halus sang ibu.
Kekuatan ekspresi dan gerak tubuh
Anak Jepang sangat terikat dengan ibu mereka sehingga mereka peka terhadap emosi dan gerak tubuh sang ibu. Ketika ibu menyarankan sesuatu, anak juga akan melihat ekspresi di wajah sang ibu.
Jika mereka tak patuh, mereka akan mendapati ekspresi terkejut dan kekecewaan di wajah orang yang disayanginya. Namun, ibu tidak menghukum anak itu atau langsung memarahinya.
Hanya dengan ekspresi saja, anak akan kembali patuh. Karena anak di sana benar-benar menjaga keharmonisan dengan sang ibu, mereka menghindari konfrontasi dan melakukan apa yang ibunya harapkan.
Membaca suasana hati anak
Ibu di Jepang juga belajar membaca suasana hati anak-anak mereka. Jika mereka melihat bahwa anak mereka tidak berminat mematuhi permintaan, mereka tidak akan membuat permintaan pada saat itu juga, namun nanti.
Mayoritas orangtua di Jepang melakukan apa pun untuk membuat anak-anak mereka merasa dicintai, dihargai, serta dihormati. Berbagai Sumber